Malam, Aku Dan Hujan
(by Wahyu Sri Rizqi)
Ini cerita tentang Malam, Aku dan Hujan. Setelah
aku melipat dan merapikan sajadah dan mukenah yang aku gunakan saat
melaksanakan sholat Isya di salah satu masjid yang dekat dengan tempatku
bekerja, aku bergegas untuk pulang dan melanjutkan aktivitas lain.
Namun tidak ku sangka, ternyata hujan datang
secara tiba-tiba tanpa memberikan tanda. Awalnya aku mengurungkan niat untuk
melanjutkan perjalanan pulang, tapi tiba-tiba aku teringat dengan jas hujan
yang selalu ku bawa dan tersimpan rapi dalam jok motor ku. Setelah mengenakannya,
aku pun mulai menyalakan mesin motor dan langsung menyusuri jalan ditengah
derasnya hujan yang mengguyur tak beraturan, seketika ia reda. Namun ada kalanya
ia mengguyur deras hingga tak terdengar apa-apa selain gemercik yang menjadi
gemuruh karena suaranya.
Dengan perlahan aku mengendarai motor sambil
menikmati dan mendengarkan indahnya gemercik hujan yang seakan menjadi alunan
lagu menggugah jiwa. Sesekali ku pejamkan mata untuk mendengarkan hujan
bercerita melalui gemercik nada indahnya. Di setiap cerita pasti ada saat
dimana emosi juga ikut serta di dalamnya, sebagaimana kilat yang menyambar dan
petir yang menggelegar sesekali seakan-akan menyampaikan kekesalan dan
amarahnya. Selang beberapa menit sekali ia mengungkapkan amarahnya bagaikan api
yang menyala dan membara.
Dan di tengah perjalan, ku lihat seorang lelaki
paruh baya di depan toko yang masih tetap bekerja meski hujan telah mengguyurnya.
Dengan penuh semangat yang membara seperti kilat yang menyala, lelaki itu tetap
menjalankan tugasnya membantu pengunjung toko mengeluarkan mobil dari jalur parkir.
Aku dapat melihat wajahnya yang begitu gembira saat menerima uang jasanya walau
hanya beberapa ribu rupiah saja. Perjuangan yang dilakukan untuk menafkahi
keluarganya sangat besar dan rasa sykur yang terlukis di wajahnya sungguh
membuat aku sadar bahwa bahagia bukan hanya dinilai dari banyaknya harta,
tetapi keikhlasan dan rasa syukur kepada Allah yang tak terhingga dan selalu
tertanam di dalam jiwa yang dapat membuat manusia bahagia walaupun dengan
keadaan hidup sederhana bahkan tanpa harta.
Hujan di malam ini membuatku mengerti bahwa cserah
tak selamanya indah dan hujan malam tak selamanya kelam. Siang tadi yang ku
kira cerah dan ceria hingga malam bahkan esok harinya, ternyata berganti oleh hujan
yang datang hingga membuat bintang dan bulan enggan memancarkan sinarnya. Di tengah
hujan, aku memang tak dapat menyaksikan indahnya bulan dan bintang yang bersinar,
tetapi aku dapat merasakan ketenangan hingga rasa dingin yang dapat menyejukkan
hati dan pikiran. Menenangkan pendengaran dari riuhnya suara klakson kendaraan yang
bersautan untuk mempercepat gerak kendaraan lain di depannya.
Hujan juga membuat perjalanan pulang ku terasa
begitu panjang, sebab aku tak berani untuk meningkatkan kecepatan berkendara
karena ingin menikmati hujan dan takut jika genangan air yang ku lewati dapat mebasahi
pengguna jalan lainnya.
Banyak pelajaran yang dapat aku ambil dari
hujan di malam ini, selain mendapatkan pengetahuan tentang ilmu alam yang
mengartikan bahwa cerah belum tentu tak akan hujan dan gelap belum tentu hujan.
Belajar memahami bagaimana cara bahagia meski hidup sederhana dan hidup tak
selalu bergantung dengan harta dunia. Belajar cara menghayati cerita dari hujan
yang membuat relung hati menjadi terisi dengan memahami maksud yang
tersembunyi.
Pontianak, 30 November 2022